picture widgets

Selasa, 13 Maret 2012

Memantapkan Kesiapan Indonesia Menuju Modernisasi Alutsista TNI

SEBUAH lembaga yang meneliti kekuatan militer negara di dunia, global firepower menempatkan kekuatan militer Indonesia berada pada posisi ke-18 dunia, pada 2011.

Sedangkan 10 besar negara lainnya ditempati Amerika Serikat, Rusia, China, India, Inggris, Turki, Korea Selatan, Perancis, Jepang, dan Israel.

Lebih mengejutkan lagi, di ASEAN, kekuatan militer Indonesia menempati urutan teratas, diikuti Thailand (ke-19), Filipina (ke-23), Malaysia (ke-27), dan Singapura (ke-41). Italia menempati urutan ke-17, Taiwan berada pada urutan ke-14, dan Australia pada urutan ke-24.

Paling tidak, dengan kemajuan ini, sedikit memupuskan rasa ketidakyakinan rakyat pada kekuatan militer yang dimiliki saat ini. Artinya, perlahan Indonesia mulai berhitung mengenai kekuatan militer.

Apakah ini menepis tudingan bahwa ketegangan antara Indonesia dan Malaysia yang sering terjadi, belakangan menjadi pemicu pemerintah untuk meningkatkan kekuatan militernya.

Nah, kalau tentara Indonesia hanya dikasih alat bekas dalam melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista), bagaimana mau menangkal dan memberikan daya tawar menghadapi berbagai manuver negara-negara Asia lainnya.

Belum lagi, pada 2012 ini, rencana Amerika Serikat (AS) akan menempatkan 2.500 marinirnya di Darwin, Australia akan menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Indonesia.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri mengakui, modernisasi alutsista di tubuh TNI masih belum terkoordinasikan dengan baik.

Bahkan, kata Presiden, dirasakan kurang mengalir dari strategi pertahanan, dan doktrin pertahanan yang dianut.

Seharusnya, dengan perubahan yang sangat cepat terkait perlengkapan-perlengkapan pertahanan di dunia kemiliteran. Didukung dengan pemutakhiran alutsista menjadi sebuah jawaban agar Indonesia tidak tertinggal jauh dengan negara-negara lain.
Meski melalui Kementerian Pertahanan, pemerintah sudah menargetakan modernisasi alutsista TNI, diharapkan bisa terealisasi tahun 2014. Itupun, kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, didasarkan pada beberapa pertimbangan strategis negara.

"Keinginan pemerintah di tahun 2010–2014 menjadi masa untuk modernisasi, pada tahun 2014 dimana akhir KIB II modernisasi Alutsista sudah dapat terealisasi," ungkap Wamenhan, beberapa waktu lalu, di kantor Kemenhan, seperti dikutip kemhan.go.id.

Adapun, beberapa pertimbangan strategis pentingnya modernisasi Alutsista TNI antara lain, pertama untuk mewujudkan kekuatan dan kemampuan Pertahanan Negara yang memiliki perbandingan daya tempur strategis baik skala teknologi militer maupun skala penangkalan.

Kedua, merupakan perimbangan kekuatan strategis suatu negara yang memiliki prasyarat kekuatan politik-ekonomi dan pertahanan militer. Ketiga, realisasi Revolution in Military Affairs (RMA) bagi suatu negara termasuk lndonesia untuk mewujudkan kekuatan minimal (MEF) sebagai instrumen negara untuk melaksanakan fungsi negara berdasarkan keputusan politik.

Namun, modernisasi Alutsista TNI diprioritaskan kepada Alutsista yang bergerak, sebagai contoh kendaraan tempur, kendaraan taktis, pesawat tempur, pesawat angkut, penangkis serangan udara, kapal diatas pemukaan dan kapal dibawah permukaan atau kapal selam.

Dalam rangka tercapainya target modernisasi Alutsista tahun 2014, maka pemerintah dalam hal ini Presiden telah membentuk High Level Committee (HLC) yang bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi mulai dari perencanaan pembiayaan sampai dengan kegiatan pengadaan Alutsista.

Diharapkan, dengan modernisasi alutsista, perubahan kebijakan militer, prioritas penempatan pasukan di wilayah timur Indonesia, tidak ada lagi aksi-aksi negara tetangga yang akan melecehkan bangsa ini.

Termasuk Gerakan Papua Merdeka yang seolah terlindungi dengan keberadaan ribuan anggota pasukan marinir AS di Australia. Sehingga, OPM semakin berani mempublikasikan aksi-aksi mereka.


0 komentar:

Posting Komentar